ANGKARAJA — Kasus dugaan keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali mencuat di Banyuwangi. Setelah sebelumnya 112 siswa MAN 1 Banyuwangi mengalami gejala diare, kini kasus serupa kembali terjadi di beberapa sekolah lain, memicu perhatian serius dari DPRD Banyuwangi.
Anggota Komisi IV DPRD Banyuwangi, Zamroni, langsung turun ke lapangan melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah sekolah yang dilaporkan terdampak. “Kami melakukan sidak ke beberapa sekolah, dan berdasarkan informasi dari Puskesmas Desa Kelir, ada 11 orang termasuk satu guru yang harus dirawat, bahkan satu di antaranya dirujuk ke RSUD Blambangan,” ungkapnya, Senin (27/10/2025).
Dua sekolah yang paling terdampak berada di Kecamatan Kalipuro, yakni SMA NU Gombengsari dan SMPN 3 Kalipuro Desa Telemung. Di SMA NU Gombengsari, tercatat 10 siswa dan 1 guru mengalami gejala keracunan, sedangkan di SMPN 3 Kalipuro ada 20 siswa yang mengeluhkan sakit perut hingga tidak masuk sekolah.
Sayangnya, sebagian besar siswa yang sakit hanya mendapatkan perawatan di UKS sekolah tanpa pemeriksaan dari tenaga medis Puskesmas. “Kami melihat ada kecenderungan sekolah menutup-nutupi informasi ini. Padahal, program MBG adalah program baik dari pemerintah, sehingga harus dikawal bersama agar berjalan maksimal,” tegas Zamroni.
Politikus NasDem itu juga menyoroti peran ahli gizi dalam SPPG (Satuan Pelaksana Program Gizi) yang menaungi penyedia makanan di sekolah. Dalam kasus ini, kedua sekolah tersebut diketahui berada di bawah tanggung jawab Yayasan Cakra Danta Berdikari. Ia meminta agar ahli gizi menjalankan tugasnya secara profesional demi keamanan konsumsi para siswa.
“Ini bukan sekadar persoalan administrasi, tapi menyangkut kesehatan dan keselamatan anak-anak kita di sekolah,” ujarnya.
Sementara itu, Mahmud Hamzah, wali kelas 7A di SMPN 3 Kalipuro, membenarkan bahwa beberapa siswanya mengalami sakit setelah menyantap menu MBG baru berupa kare bersantan yang mulai disajikan sejak 22 September lalu.
“Beberapa anak mengeluh sakit setelah makan kare. Dari pengakuan mereka, memang tercium bau seperti makanan basi. Mungkin karena santan yang cepat rusak jika tidak disimpan dengan baik,” jelasnya.
Mahmud menambahkan, sebagian siswa hanya mengalami gejala ringan seperti pusing, sehingga pihak sekolah hanya memberikan obat dasar dari Puskesmas seperti paracetamol dan menyarankan siswa untuk beristirahat di UKS.
“Kami tidak langsung membawa ke puskesmas karena gejalanya ringan. Kalau pun ada keluhan lebih serius, tentu akan kami laporkan,” katanya.
Dengan temuan ini, DPRD Banyuwangi menegaskan akan terus memantau pelaksanaan program MBG agar kejadian serupa tidak terulang. Zamroni menambahkan, evaluasi menyeluruh terhadap pengelolaan makanan, distribusi, dan pengawasan mutu akan segera dilakukan bersama dinas terkait.